nusakini.com-Tanjung Pandan-Perkemahan Rohis (Kerohanian Islam) tingkat Nasional III di Bumi Perkemahan Juru Seberang sudah berjalan tiga hari. Para peserta mulai diperkenalkan dengan sejumlah materi pilihan yang diproyeksikan dapat mendukung kompetensi mereka dalam mendiseminasikan moderasi beragama.  

Materi yang disampaikan antara lain terkait public speaking, karya tulis fiksi dan cerita Islam, serta leadership. Dengan model jigshaw learning, usai pembelajaran, peserta ditugaskan menginformasikan hasil studinya ke tenda-tenda perkemahan seusai materi yang telah didapatkannya.  

Anggota Tim Pokja Moderasi Agama Ditjen Pendidikan Islam, Ahmad Rusdi dan Anis Masykur, berkesempatan "memprovokasi" pentingnya wawasan Islam moderat bagi peserta. Rusdi menyampaikan bagaimana konsep-konsep Islam menawarkan pesan-pesan moderasi.  

"Dalam ajaran Islam, dikenal konsep tasammuh atau toleransi, tawassuth atau moderasi dan tawazun atau keseimbangan," jelas Rusdi di Belitung, Kamis (08/11).  

Menurutnya, di dunia ini selalu ada dua kelompok ekstrem (tasyaddud); ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Ada yang sangat keras dan adapula yang sangat bebas. "Kedua ekstremitas itu tidak baik," ujarnya menegaskan.  

Karena itu, Islam diturunkan untuk menjadi jalan tengah yang dapat memberikan keseimbangan. "Ini yang disebut moderasi. Ajaran-ajaran Islam mengajarkan sikap moderat," tegasnya lebih lanjut. 

Di kelas menulis fiksi, Anis Masykur membekali siswa tentang lima prinsip maslahat yang dikenal dengan istilah mashalih al-khamsah, yaitu: khifdz ad-din (menjaga agama), khifdz an-nasl (menjaga keturunan), khifdz al-mal (menjaga harta benda), khifdz an-nafs (menjaga nyawa), dan khifdz al-'aql (menjaga akal).  

Kang Anis mencontohkan penggunaan lima konsep tersebut untuk mendrive gerak langkah manusia pada umumnya. "Zaman sekarang anda menggenggam dunia melalui gadgetnya. Anda bisa menyaksikan yang baik dan yang buruk tanpa ada yang bisa melarang. Maka jika anda gunakan teknologi untuk melihat--misalkan--saja situs-situs porno, akal anda akan teracuni. Anda menjadi ketagihan, anda selalu berimajinasi yang tidak-tidak, dan lain sebagainya. Itulah, mengapa syariat melarang melihat maksiat, karena mengganggu akal anda," jelasnya panjang lebar.  

“Maka dari itu, perbuatan tersebut membahayakan dan tidak membawa manfaat,” lanjutnya. 

Anis juga mengajak Rohis berhati-hati dalam berbagi informasi yang didapat dari media sosial. "Jika itu mengganggu lima maslahat di atas, jangan terlalu mudah anda ngeshare info medsos tersebut," pesannya menegaskan. 

Di kelas tulis fiksi dan ceris ini, Kang Anis berbagi pengalaman asyiknya menulis apa yang sering diceritakan dan yang dipikirkan. "Yang suka dengan materi cerita Islami dan fiksi di forum ini, jangan berhenti hanya sampai di bawah tenda ini. Anda lanjutkan kegemaran bercerita ke dalam tulisan, entah itu novel atau karya ilmiah. Semua itu ada manfaatnya. Saya sudah merasakannya," ujarnya memotivasi.  

"Saya nulis sejak tahun 1997 dan saya bisa beli kendaraan, komputer termasuk berani melamar calon istri juga dari menulis," ceritanya dengan semangat yang diikuti gelak tawa peserta. Selanjutnya forum diisi dengan praktik secara teknis sesuai bidang peminatan masing-masing. (p/ab)